Thursday 16 January 2014

Rumah Impian


Pic taken from "Desiretoinsipre.com"

Rumah seperti apa sih yang bisa disebut rumah impian?

Part 1.
Gw Pertama kali punya rumah di tahun 2002.
Luasnya kecil saja, cuma 8m x 12m, itupun sudah termasuk halaman depan sepanjang 3 meter yang dipakai buat parkir mobil. Cuma 1 tingkat ditambah 1/4 tingkat buat gudang dan jemuran.

Everything was really wrong about that house.
From fengshui point of view :
  • Tusuk sate (memang tidak persis tusuk sate, tapi mungkin ada sekitar 1/3 rumah yang kena jalan yang mana adalah kamar utama),
  • Tiang listrik di depan rumah,
  • jalanan depan rumah lebih rendah daripada sekitarnya.
  • Lay-out yang geblek banget, begitu buka pintu langsung dapur dan tembok belakang.
  • Bagian depan rumah ditutupin full dengan kanopi.
Secara Estetika:
  • Pagar yang gak kokoh dan hampir roboh
  • Warna cat dalam  rumah awalnya ungu muda pastel (yang gw cat ulang menjadi kuning muda, yeah I was stupid and inexperience to think that yellow was a nice color for a house).
  • Cat luar wana kuning pucat.
  • Pagar dan kusen warna coklat kemerahan seperti rambut anak2 yg keseringan ngejar layangan (alay). Yuck, it was so damn ugly.
  • Tanaman merambat yang gw pelihara dari kecil (yang akhirnya malah take over satu tembok depan)
Kenyamanan tinggal:
  • Langit2 rendah sehingga pengap dan panas.
  • Genteng bocor sana sini.
  • Tidak ada void sehingga gelap.
  • Kamar mandi gelap dan tertutup sehingga lembab banget
  • Bagian jemuran di lantai atas yang atapnya terbuka (hanya ditutup kawat nyamuk) yang bikin kucing2 pada suka bertelor di situ.
  • Langganan banjir
  • Gang sempit dan mobil2 suka parkir sembarangan
  • Tetangga, RT dan RW reseh semua.

Kalau ditanya point plusnya? sama sekali gak ada.

I was robbed once and got flodded twice while staying at that house.
The second time i got flooded, i said fuck it, enough is enough. Gw pindah ke apartemen aja.

I sold that house for very cheap in 2011.


Part 2.
Di tahun 2008 akhir akhirnya gw memutuskan untuk membeli apartment.
Setelah meliat beberapa unit apartment, akhirnya gw ngambil 1 unit ini dari pengembang yang project2nya bertebaran di mana2 (Developer yang stylenya selalu nembak gaya mediterania, a cheap and uninspiring replica of mediteranian buildings).

Yg pertama bikin gw suka apartemen ini adalah lorong di apartemen cukup terang karena ada jendela dan jarak hadap2an antar unit cukup jauh.
Ukurannya kecil banget cuma 45m2 grom (nettnya sekitar 38m2) dengan dua kamar dan 1 kamar mandi.

Pertama-tama gw seneng banget tinggal di apartemen ini karena ke mana-mana deket, terus cukup sepi di dalam unit apartemen, gak takut kemalingan, gak takut banjir, mau2 apa2 gampang (minimart, gym, swimmingpool, everything is available), I even bought ACs, Fridge, Kitchen set etc from the shops in the apartment building.
Terus parkir juga masih belum terlalu ramai (walapun harus bayar per mobil Rp 125 ribu per bulan), jalanan di depan kompleks apartemen luas dan bersih.
I was a happy tenant back then.

My kitchen in the apartment (love it)

Sampai kemudian ada penghuni reseh yang pindah ke lantai diatas gw.
Setiap pagi jam 4 pasti mulai deh suara2 kenceng kaya orang motong2 atau geprak2 atau palu2.
akhirnya gw complain habis ke pengelola dan security, yang kemudian menelusuri bunyi tersebut dan found out that bitch of a family was cutting chicken feet (you heard right) for their dang baby every 4 am. It stopped since the security knocked on their door at 4 am and complained to them.
Berhenti masalah kaki ayam, dimulai lah suara2 lain yang makin lama makin kenceng, anak2 loncat dari kursi/tempat tidur berulang2, geser2 furniture kadang jam 12 malam, kadang jam3 atau jam 4 pagi, lempar2 barang ke lantai dan berbagai macam bunyi yang selalu berhasil membuat gw terloncat kaget dari tidur gw setiap hari.
kalau ada 1 hari di mana gw bisa tidur full 8 jam tanpa terbangun adalah blessing buat gw (memang i am a light sleeper).

Selain masalah ribut2 dari unit atas, makin lama gw merasa nih apartemen kayanya udah gak layak tinggal secara luasan. Barang-barang dan furniture gw yang makin banyak (salahin gw yg gak bisa ngerem belanja) sehingga 1 apartmen penuh sesak.

Belum lagi masalah pest control yang kurang bagus (banyak banget kecoa kecil2 di unit gw, i killed like thousand roaches, i guess), parkir, listrik, air dan maintenance yang makin mahal (yang memicu perseteruan antara pemilik unit dan pengelola, berantem tiap hari aja mereka) dan juga jalan didepan apartmen yang setiap malam berubah menjadi pasar malam yang cuma menyisakan 1 lajur yang hanya cukup buat satu mobil sambil dempet2an dan senggol2an dengan para tukang jualan.

Selain itu, unit di depan gw ternyata dibeli hanya untuk invest, jadi setiap saat selalu disewain kepada orang yang berbeda2, yang mana penyewa terakhirnya adalah keluarga muda dengan baby yang masih merah tapi doyan dugem. Setiap hari unit itu selalu ramai dengan anak2 muda gajebo yang mabok2an, teriak dan ketawa2 kenceng, ngerokok gak berhenti2 (bayangkan aja nasib tuh bayi di ruangan tertutup 38m2 dengan ibu, bapak dan temen2nya (sekitasr 4-5) orang asyik ngebul bas-bis-bus setiap hari).

Ada juga faktor2 kecil lainnya (lift serem yang suka anjlok, gempa dll),
sehingga gw memutuskan untuk membeli rumah (atau setidaknya apartemen yang lebih manusiawi dan representative).

Part 3.
Ternyata cari rumah di jakarta yang memenuhi kriteria gw (layak tinggal) lebih susah daripada mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Ada yang lokasi OK, tapi jalannya kecil.
Ada yang lokasi OK, jalan lebar, tapi rumah jelek.
Ada yang lokasi OK, Jalan gede, Rumah dari luar bagus, tapi lay-outnya gak banget.
Ada yang lokasi OK, Jalan gede, rumah bagus, lay-out keren, tapi budget gak nyampe (itu mah namanya nafsu besar duit kurang)

Setelah pencarian berbulan-bulan (hampir setahun malah), melihat2 puluhan rumah (dan beberapa unit apartement), hampir deal apartement di daerah menteng (yang gak jadi karena gw ilfil ngeliat penyewa yang lagi nyewa unit itu dan membayangkan harus makai bathtub bekas dia), naksir berat satu kompleks yang way out of budget, akhirnya gw mutusin untuk ngambil 1 rumah di daerah deket apartmen gw di pertengahan 2013.

Actually houses in this cluster was my dream houses years ago, but couldn't afford it back then. Thank God ternyata taraf hidup gw meningkat juga ya setelah bertahun-tahun. hihi (bukan sombing kok, cuma men-syukuri).
Tanahnya sebenarnya gak luas-luas amat, cuma 8m x 15m, tetapi ada 4 tingkat (gempor deh, mana unit yang gw ambil yang gak ada lift lagi).
Paling bawah (basement) adalah tempat parkir mobil yang diubah menjadi dapur basah dan kering, gudang kecil dan kamar dan kamar mandi pembantu, tempat jemuran baju,
Tingkat 1, ada ruang tamu dan ruang makan, pantry kecil, kamar mandi tamu.
Tingkat 2, ada 2 kamar tidur dan satu kamar kecil (yang sekarang gw jadikan gudang) dan satu kamar mandi,
Tingkat 3, kamar tidur utama.
Kalau dibilang maruk, ya gw maruk juga ya, pindah dari apartemen yang cuma seluas 38m2 ke rumah sebesar itu.

Apakah gw bahagia sesudah pindah ke rumah impian gw yang kelihatannya besar dan megah.
In a way, yes, Im very happy. But I didnt expect there would be so much headache to face. Itupun unit yang gw beli sebenarnya udah fully-furnished sehingga gw tidak perlu repot2 ngisi, betulin sana sini ataupun pasang2 ini itu lagi (gorden, teralis, pompa dsb udah ada).

Ternyata maintain rumah memang jauh lebih rumit dan bikin sakit kepala daripada apartement. Kalau apartemen pulang kerja tinggal tidur aja, air selalu ada (hampir gak pernah masalah), bocor tinggal panggil pengelola, WC atau wastafel mampet tinggal telp teknisi.

So far, problem yang gw hadapi:
  1. Mau naik ke dak (tempat tangki air /toren dan atap) susahnya minta ampun karena pake tangga tarik yang pintunya dikasi tali buat narik (gantung2 gak jelas di depan pintu kamar utama). Akhirnya pintu ke dak dikasih handle pintu, gw beli pengait dan tangga buat narik dan buka pintunya. (Done)
  2. Ada rak2 pajangan yang nempel ke tembok di dalam kamar utama yang gw liat kayunya mulai itam2 dan lapuk. Akhirnya dibongkar dan baru ketahuan itu udah jamuran semua di belakang raknya. Bongkar dan cat ulang. (Done)
  3. Air di lantai 3 gak kencang dan kadang-kadang malah gak nyala sama sekali. Solusinya harus selalu pasang booster. (Done)
  4. Waktu awal2 beli pernah ketemu anak tikus mati. setelah diliat ternyata bagian void kawat nyamuknya udah gak rapat sehingga harus dipakain sealent (Done).
  5. Baut-baut dan pegangan pintu rak dapur pada karatan semua yang akhirnya diganti semua. (Done)
  6. Karena lantai basement void sampe atas dan terbuka, debu jadi banyak banget dan kalau hujan pasti tampias sampai ke dalam.  Mau gak mau harus dipasang sliding door.
  7. Kamar tidur di lantai 2 dan kamar tidur utama ada bocor dari depan. Gw baru liat sesudah hujan gede kok ada rembesan air di dinding dan tumbuh jamur. Harus di aquaproof bagian luar dan dalam.
  8. Oven dan kompor gas tehubung dengan tabung gas (di area jemuran) melalui selang gas yang terpasang di dinding.  Ini kayanya selangnya uda retak.
  9. ADA TIKUS DI PLAFOND. Jadi di suatu malam yang turun hujan dengan derasnya, tiba2 dari plafond terdengar suara gedebak-gedebuk disertai dengan cicit-cicit panjang (sialan banget tuh tikus masuk dari mana ya?)
  10. Air kok kadang2 suka bau tanah atau lumpur gitu ya?
  11. Rak dan pintu rak dapur suka jamuran.
  12. Ruangan tempat sepatu lembab, sepatu gw jadi pada jamuran.
  13. Bagian jemuran yang terbuka semua sehingga kalo hujan gak pasti bakalan basah lagi semua.
  14. Banyak semut.
  15. Gak tenang tidur kalau banjir.
  16. Karena di sekitar kompleks lagi banyak banget bangun apartemen (ada 3 proyek berbeda yang lagi jalan), hotel dan entah apa lagi, jadinya di dalam rumah banyak banget debunya.
  17. Tangga dari basement ke lantai 1 kecil dan tertutup kace sehingga kalau pindahan barang susah banget (kemaren beli matras 200cm x 200cm gak bisa naik, untung bisa dilipat karena latex, ehhh begitu divannya datang pingsan deh gw. Akhirnya dikerek dari depan lewat balkon ke lantai 1)
  18. Tembok di kamar lt 2 ternyata tipis banget, org sebelah kalo ngobrol kedengeran aja gitu.
  19. Gempor naik dan turun tangga, apalagi kalo uda sampai lantai 3, ternyata ada barang yang ketinggalan di basement, rasanya pingin garuk2 tembok (dan lantai).
  20. Tempat parkir mobil yang terbuka sehingga kalo hujan repot banget.
Tapi tentu saja gak hanya point negatif ya, banyak kok yang bikin hati senang:
  1. Walk-in-closet alias lemari baju yang legaaaa banget (eh tapi udah penuh aja gitu)
  2. Kamar utama yang lega banget juga. Sesudah diisi walk-in-closet, rak tv, lemari buku, tempat tidur ukuran 200, nakas, kursi, mungkin masih cukup untuk 1 meja pingpong.
  3. Ruang tamu dan ruang makan yang terang, lega dan adem. Enak banget buat nyantai sambil nonton tv atau terima tamu.
  4. Suasana yang sepi banget (kadang jadi takut sendiri malah)
  5. Taman di depan lantai 1 (satu komplek punya taman semua dan banyak pohon2) yang keren banget menurut gw (this is exactly the reason i fell in love with this real estate at first place)

    pic taken from tokobagus
  6. Marmer di lantai 1 yang lebar2 bikin kulit dan terutama hati adem deh.
  7. Dapur yang lega banget, bikin semangat untuk masak2 (sampai sekarang belum terlaksana).
  8. Lantai parkeet di kamar.
  9. Kamar mandi di kamar utama yang gede, sekarang gw bisa gosok gigi, pake soflense, pake skincare, jemur2 celdam (hihihi) di kamar mandi, yang mana waktu di apartment harus dilakukan di ruang tamu dan balkon.
  10. Rak sepatu satu dinding yang sampe sekarang masih bikin gw suka senyum-senyum sendiri.
  11. Ada ruangan bekas lift yang uda dipasangin tv di tembok, yang rencananya mau gw pake untuk jadi tempat fitness.
  12. Tangga yang dilapis kayu.
  13. Ada jendela di kamar mandi utama.
  14. Ada jendela di walk-in-closet.
  15. Jendela dengan kaca besar di tangga.
  16. Lokasi.
  17. Kompleks yang gak terlalu besar (totalnya kira2 ada 80 unit rumah).
  18. Iuran bulanan yang gak terlalu mahal (cuma beda 350 ribu sebulan boo dari apartement gw yang cuma seiprit).
  19. Bisa olahraga jalan pagi/sore baik di dalam komplek (di taman lantai 1) maupun di depan komplek (deket lapangan golf).
Ya, semoga gw betah dan bahagia ya di rumah baru ini.

2 comments:

  1. Halo,

    Salam kenal ya.. Lagi browsing2 trs mampir kesini.. Rumahnya bagus banget ada walk in wardrobe nya.. Salah satu impianku tuh hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal...
      thanks sudah mampir.
      iya, walking closet emang every girl's dream ya.. hihihi

      Delete